Selasa, April 01, 2008

Cara Tepat Memutus Rantai Penularan HIV

TIMIKA-Klinik Reproduksi di Puskesmas Timika didirikan PHMC PTFI. Di klinik ini, warga secara sukarela (tidak dipaksa) melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) dan tes darah untuk mengetahui pasien yang bersangkutan terjangkit HIV/AIDS atau tidak. Sesuai data yang diterima Radar Timika (grup Cenderawasih Pos) dari Klinik Reproduksi, rata-rata orang yang datang memeriksakan dirinya setiap hari 35 orang.
Penanggungjawab Klinik STI PHMC (Klinik Reproduksi), Bid. Dina menjelaskan, konseling atau VCT dilakukan terhadap setiap warga yang sukarela datang ke Klinik Reproduksi. VCT terdiri dari tiga tahap yakni konseling pre-testing HIV, testing HIV dan konseling pasca testing HIV. Konseling HIV/AIDS adalah proses pembicaraan dua arah antara petugas konseling dengan klien. Sedangkan manfaat VCT secara individu yaitu mengurangi perilaku beresiko tertular HIV, membantu seseorang menerima status HIVnya, mengarahkan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) kepada pelayanan yang dibutuhkan, merencanakan perawatan untuk masa depan, meningkatkan kualitas kesehatan pribadi, mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi, memfasilitasi pelayanan medis, memfasilitasi kegiatan sebaya dan dukungan.
Untuk manfaat di tingkat masyarakat yakni memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat, mengurangi reaksi takut dan mitos terhadap HIV yang bisa menjadi pandangan buruk (stigma), mempromosikan dukungan pada ODHA melalui mobilisasi masyarakat dan kerjasama antar pihak terkait.
Salah satu konselor di Klinik Reproduksi, Kristiyanto, mengungkapkan prinsip yang dipegang VCT yakni persetujuan klien (informed consent). VCT hanya dilakukan atas dasar sukarela, bersifat pribadi dan tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun. Kemudian hasil testing HIV diberikan melalui tatap muka saat konseling pasca testing dan dijamin kerahasiaannya. “Setiap klien tidak akan mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam pelayanan. Sebab dilakukan dalam suasana bersahabat,” tutur Kristyanto.(roman,sumber:dinamika tembagapura)

SMKN 1 Keerom Terima Bantuan Peralatan Otomotif

KEEROM-Perhatian Pemerintah terhadap masalah pendidikan di Keerom, semakin terus ditingkatkan, dimana pada Tahun Anggaran (TA) 2007 lalu melalui Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua, mengalokasikan bantuan peralatan otomotif kepda Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Keerom.
"Pada tahun 2007 lalu memang kami mendapatkan bantuan peralatan otomotif dari Dinas P dan P Provinsi Papua," tandas Kepala SMK Negeri 1 Keerom, Karel Fredy Elias, S.Pt, kepada Cenderawasih Pos, d ruang kerjanya, Selasa (11/3).
Menurutnya, apabila fasilits itu dirupiahkan maka nilainya mencapai Rp 500 juta lebih, dimana fasilitasnya terdiri dari 20 unit item, baik item yang besar maupun item yang kecil.
Selain itu juga dirinya menyatakan pada 2008 ini pihaknya juga akan dialokasikan bantuan fasilitas pendidikan dari Dinas P dan P Provinsi Papua, serta berasal dari APBD 2008 Kabupaten Keerom. Mengenai besaran nilainnya dirinya belum mengetahuinya secara pasti.
"Bantuan pada 2008 ini nantinya kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan konstruksi kayu dan penambahan peralatan otomotif dan pembelian fasilitas computer," katanya.
Terkait dengan itu, ia menuturkan untuk saat ini pihaknya masih membutuhkan bantuan pemerintah sebab masih terdapat berbagai kekurangan-kekurangan yang ada pada pihaknya baik itu sarana maupun prasarana pendidikan tersebut.
Masalah gaji guru kontrak SMK Negeri 1 Keerom yang hingga kini belum terbayarkan, penambahan ruang kelas, karena mengingat pada tahun ajaran baru pada 2009 mendatang akan terjadi penambahan peserta didik.
Serta pihaknya juga mengharapkan supaya Pemkab Keerom dapat melakukan pengangkatan guru kontrak menjadi guru CPNS, hal ini untuk memberikan motivasi dan penghargaan bagi mereka (guru kontrak,red).
Sehingga mereka dapat bekerja loyal dan lebih bertanggungjawab terhadap tugas dan tanggungjawabnya dalam meningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kejuruan. (nls/roman, sumber: cepos).

Cornelius Wakili Papua ke Olimpiade Fisika Mongolia

JAYAPURA-Pernyataan President Tim Olimpiade Fisika Indonesia (Tofi), Prof Yohanes Surya, Ph.D bahwa pengetahuan eksakta anak-anak Papua tidak kalah dari daerah lainnya di Indonesia, bukan isapan jempol belaka. Terbukyi dari 16 orang mewakili Indonesia akan diberangkatkan untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Fisika di Mongolia, 20-29 April mendatang, ternyata satu diantaranya perwakilan Provinsi Papua yaitu Cornelis Gandhi Wona.

Cornelis adalah merupakan salah satu siswa SMKN 5 Jayapura, putra dari Freddy Wona dan Ibu Jubelina Watopa Wona.Menurut, Yohanes Surya, 16 orang tersebut terdiri dari berbagai daerah yaitu, Papua, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Pekalongan, Sulawesi Selatan dan Bontang. Ditanya soal apakah dirinya mendapatkan kendala dalam melatih dan membina peserta dalam memberikan pelajaran selama ini, lanjut dia, sebenarnya tidak sulit karena pihaknya dibantu 3 guru yang ditempatkan di asrama (karantina) untuk memberikan pelajaran. Hanya saja butuh waktu untuk bisa beradaptasi karena cara belajar yang didapat sewaktu duduk di SD sangat berbeda dengan yang didapat di SMP dan SMA.

"Kami tidak terlalu banyak menemukan kendala dalam memberikan pelajaran hanya saja perlu adaptasi pemikiran tentang cara belajar fisika dari tingkat SD karena cara belajar yang didapat sangat berbeda,"ungkapnya kepada wartawan di Restoran Bintang Laut, Senin (31/3) malam.

Menurutnya, untuk trik khusus yang dilakukan untuk menangani anak-anak tersebut tidak sulit dan hanya diberikan pengertian tentang fisika yang benar, maka mereka akan menikmatinya (enjoy) karena fisika itu asik untuk dipelajari. Cuma yang menjadi masalah adalah apabila diberikan soal, maka anak-anak tersebut akan sedikit bingung untuk menghubungkan antara satu dengan yang lain.

Dikatakan, yang terpenting untuk belajar fisika dan yang menjadi kunci adalah harus bisa dan mengerti tentang perkalian, pembagian, pengurangan dan pertambahan. "Kuncinya hanya anak-anak sudah mengerti perkalian, pertambahan, pembagian dan pengurangan maka semua itu tidak sulit,"tegasnya.Diungkapkan, khusus untuk menangani Cornelius adalah tidak sulit karena anak yang jenius dan baik sehingga pihaknya tidak mendapatkan kendala. Pelatihan dan pembinaan khusus yang dilakukan hanya selama 6 bulan yang memakan jam belajar dari pukul 7 pagi hingga 3 pagi ini ternyata diterima dengan baik. "Malah mereka masih meminta untuk diajari lagi,"katanya sembari tertawa. Untuk itu, dalam kompetisi ini hanya ditargetkan perunggu, tapi diharapkan tahun depan bisa mengikuti lagi dan akan ditargetkan mendapatkan perak atau emas.

"Saya berharap kepada Pemda Provinsi Papua untuk bisa melihat bibit yang bisa membawa nama baik Papua dalam bidang pendidikan, apalagi melihat Papua mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat melalui Otsus, sudah sepantasnya lebih baik lagi"ujarnya.

Sementara itu, Jubelina Watopa Wona orang tua Cornelius, menuturkan, sebagai orang tua pada dasarnya ada kebanggaan tersendiri melihat anaknya bisa mengikuti olimpiade sampai ke luar negeri, karena dia mempunyai kemauan untuk belajar sehingga dilihat bahwa kemauan tersebut timbul dari dirinya sendiri. Artinya bahwa dia mempunyai kemauan keras untuk bisa berhasil.

"Saya berharap agar ada perhatian khusus dari pemerintah daerah supaya bisa mendorong program-program tersebut dan kita melihat bahwa ternyata sudah ada bukti bahwa anak-anak Papua yang dihasilkan melalui program ini mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya,"ungkapnya yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi B Bidang Ekonomi DPRP.

Diungkapkan, sesuai dengan UU 21/2001 tentang Otsus bahwa pendidikan dan kesehatan adalah menjadi prioritas, oleh karena itu seharusnya bisa memikirkan ke depannya tentang SDM pendidikan di Papua sehingga anak-anak Papua bisa bersaing dengan derah lainnya khususnya fisika ini.

"Saya berharap kepada semua aspek untuk bisa membangun SDM pendidikan dalam mempersiapkan olimpiade berikutnya dan saya berharap kepada semua unsure untuk mari mendoakan agar dalam mengikuti olimpiade bisa mendapatkan yang terabaik dan keinginan masyatakat di Papua,"imbuhnya.

Menurut Ketua Komisi E Bidang Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Olah raga, Zakarias Yoppo, S.Pak, memang masa Otsus pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas itu sebabnya pemerintah memberikan perhatian besar bagi pendidikan dan menginginkan pendidikan yang terarah kemudian menciptakan suatu hasil kemajuan dalam arti bahwa pemerintah tidak sembarang memprogramkan pendidikan sehingga tidak terbuang sia-sia.

Dikatakan, pemerintah sudah seharusnya mempunyai program untuk bidang pendidikan artinya kepemimpinan gubernur sekarang harus bisa memberikan perhatian khusus sehingga ke depan apabila gubernur berganti maka program ini bisa dilanjutkan melalui suatu perencaan atau program yang sudah ada, apalagi program pendidikan ini sudah mencapai tingkat internasional yang telah membawa nama baik Indonesia khususnya Papua.

"Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Prof Yohanes Surya yang telah memberikan perhatian lebih khusus untuk pendidikan anak-anak Papua, hal ini sesuatu yang perlu dihargai dan disambut baik khusus Pemprov Papua dan pemerintah tingkat kabupaten/kota,"tandasnya. Diungkapkan, langkah yang dilakukan Prof Yohanes adalah suatu langkah yang luar biasa dan patut dicontoh oleh pemerintah bisa melanjutkan dan memberikan perhatian khusus, oleh karena itu guna mewujudkan pendidikan agar lebih baik maka perlu ada perhatian khusus juga kepada guru-guru khususnya bidang fisika agar anak-anak di Papua bisa menjadi yang terbaik.

Untuk diketahui Prof Johanes Surya juga adalah ahli fisika Universitas Multimedia Nusantara Jakarta.(roman -sumber:cepos)

PENDAMPINGAN STUDI: "MENYUSURI HIDUP MENYUSURI PENDIDIKAN & OUTBOUND"

(Semarang), Untuk tahun ajaran 2007/2008, Yayasan Binterbusih kembali menyelenggarakan pendampingan studi ( PS ), yang bertujuan membantu mahasiswa untuk menyusun rencana, menentukan prioritas hidup dan menentukan langkah-langkah selanjutnya.

PS kali ini isi dan kemasannya berbeda jika dibandingkan dengan pelaksanaan PS sebelumnya. Pada PS kali ini materinya terbagi dalam dua pokok yaitu : (1). Refleksi : menyusuri hidup menyusuri pendidikan. (2) Outbond : dengan berbagai macam permainan di luar kelas / ruangan, untuk melatih diri mengambil keputusan dalam kesempatan yang sempit, menanamkan jiwa kerja keras, fokus pada tujuan dll.

Pelaksanaan PS akan dilaksanakan di beberapa kota studi. berikut jadwal kegiatan :
1. Peserta : Pelajar peg. bintang + As Kerom + As. Amor
Waktu : 19-20 April 2008
Tempat : Bandungan

2. Peserta : Mahasiswa Jateng
Waktu : 25-26 April 2008
Tempat : Bandungan

3. Peserta : Mahasiswa DKI + Jabar
Waktu : 2-3 Mei 2008
Tempat : Bandung

4. Peserta : Mahasiswa Jatim + Bali
Waktu : 9-10 Mei 2008
Tempat : Pandaan, Malang

5. Peserta : Mahasiswa DIY
Waktu : 16-17 Mei 2008
Tempat : Kaliurang, Jogjakarta

6. Peserta : Mahasiswa Peg Bintang
Waktu : 23-24 Mei 2008
Tempat : Kaliurang, Jogjakarta


Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi sdr. Rio Egone, telp (024) 8411752, HP (024) 70370368. (diki&roman)