Selasa, September 25, 2007

LKTD Gel. II dan Gel. III



Semarang - LKTD Gel. II berhasil diselenggarakan di Parangtumaritis Lembang, Bandung, Jawa Barat pada tanggal 12 - 16 September 2007 yang diperuntukkan bagi mahasiswa Papua yang sedang studi di bandung, Bogor dan Jakarta.

Dalam pembukaan LKTD Gel. II Wakil Direktur Yayasan Binterbusih Pascalis Abner, SE mengatakan bahwa keberhasilan dalam penyelenggaraan setiap Training di tentukan oleh 5 pilar. 5 pilar tersebut diantaranya adalah Peserta, Tatib, Pendamping dan Fasilitator serta kepemimpinan dalam praktek. Kesemua pilar tersebut saling berkaitan, sehingga training tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak terlibatnya satu pilar.

Training LKTD diharapkan dapat membekali mahasiswa agar dapat menjadi manusia Papua yang memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki jiwa kemandirian, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan pemimpin yang masa depan Papua yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan LKTD Gel. III akan dilaksanakan di Susteran GSV Malang pada tanggal 27 - 3o September 2007 yang diperuntukkan bagi mahasiswa Papua yang sedang studi di Malang, Surabaya dan Bali.

Bagi mahasiswa Papua di Malang, Surabaya dan Bali yang hendak mengikuti pelatihan dan membutuhkan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdr. Egone (024) 70370368. (roman)

Sabtu, September 22, 2007

SEMINAR NASIONAL "MEMERANGI HIV DAN AIDS SECARA TERPADU MEMBEBASKAN PAPUA DARI KEPUNAHAN"

Dari kiri ke kanan: Dr. Nafsiah Mboi SpA, MPH; Pascalis Abner,SE (Moderator);
Drh. Constan Karma; Dr. John Manangsang


Semarang – Kasus HIV & AIDS di Papua pada beberapa bulan terus meningkat, menurut data kasus dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua hingga Juni 2007 menunjukkan angka 3377 kasus (HIV = 1870 dan AIDS = 1507).


Ancaman bahaya penyakit HIV dan AIDS bagi Papua yang jumlah penduduknya 1% dari jumlah penduduk Indonesia. Menjadi dasar Yayasan Binterbusih Bagian Kesehatan Masyarakat dan Ikatan Mahasiswa Pelajar Mahasiswa Papua Jogjakarta (IPMAP-Yohayakarta) bekerjasama menyelenggarakan SEMINAR NASIONAL HIV dan AIDS dengan thema : ”Memerangi HIV dan AIDS secara terpadu membebaskan Papua dari Kepunahan” di Gedung UC Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tanggal 21 September 2007.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut diantaranya Dr. Nafsiah Mboi SpA, MPH (Ketua KPAS Nasional), Drh. Kostan Karma (Ketua KPA Papua), Dr. John Manangsang (Anggota DPRP-Komisi E), Bpk. Dominggus Deda (FHI Papua), Siti Soltief (Manajer Kasus RSUD Dok. II Jayapura) dan Leni Dogopia (ODHA).

Dalam Seminal tersebut terungkap bahwa penyebaran HIV dan AIDS di Papua tergambar seperti sebuah gunung es, yang terlihat hanya puncuknya, namun bongkahan gunung es-nya tidak terdektesi dan masyarakat secara umum rentan terhadap penularan HIV dan AIDS.
Jumlah ODHA hingga bulan juli 2007 sebanyak 3377 kasus masih bisa bertambah, hal ini didasari dari estimasi penyebaran ODHA tahun 2006 di papua adalah 29.000 orang, dan menyebar secara merata di hampir semua kota di Tanah Papua. Berikut gambaran estimasi distribusi ODHA di Papua pada tahun 2006.





Melihat situasi seperti langkah apa yang bisa kita lakukan sebagai tanggungjawab moral kita dalam menjaga kelangsungan hidup orang Papua. Setidaknya yang bisa kita lakukan mulai dari diri kita masing-masing untuk tidak melakukan seks bebas dengan berganti-ganti pasangan, jika melakukan hubungan seks baiknya menggunakan kondom tegas Dr. Nafsiah dan tetap setia pada pasangan hidup.

Selain itu Sudah banyak pihak terlibat dalam usaha menekan jumlah HIV dan AIDS namun masiih belum menampakan hasil yang mengembirakan. Disamping itu dalam seminar terungkap juga bahwa telah banyak dana APBD dialokasikan untuk menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS namun pada faktanya dana tersebut tidak pernah sampai pada lembaga yang ditunjuk untuk melakukan penangganan terhadap HIV dan AIDS seperti Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Papua. Hal itu disampaikan oleh Drh. Constan Karma seperti yang tergambarkan dalam bagan dibawah ini :

Pada tahun 2004 dana APBD yang dialokasikan bagi penanggulangan HIV dan AIDS sebesar Rp. 3,093 miliar namun yang dikucurkan ke KPA untuk menjalankan program penanggulangan HIV dan AIDS hanya sebesar Rp. 1,402 miliar, untuk tahun 2005 dialokasikan sebesar 1,792 miliar namun realisasinya ke KPA sebesar Rp. 370 juta. Demikian pula pada tahun 2006 walau alokasi dana semakin besar Rp. 6.500 miliar namun realisasinya hanya 356 juta.

Ini menunjukan bahwa semua pihak belum sungguh-sungguh dan serius dalam menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS, masih bersifat konvensional, belum ada kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, KPA, DPRP, LSM dan MAsyarakat walaupun situasi HIV dan AIDS sudah masuk dalam kategori EMERGENCY.

Dengan demikian sudah selayaknya kita bangun solidaritas bersama guna menanggulangi penyebaran virus HIV dan AIDS di Papua secara terpadu.(roman)